Senin, 27 Juni 2016

PENINDASAN

Agresi dan Penindasan
Anak laki-laki cenderung bertindak agresi langsung dan anak perempuan cenderung lebih agresif dalam hal agresi tidak langsung atau sosial.
Tipe-tipe Agresi dan Pengolahan Informasi Sosial
Apa yang membuat anak agresif ? Salah satu jawabannya mungkin bersandar pada cara mereka mengolah informasi sosial. Fitur sosial apa yang terjadi di lingkungan yang diperhatikan oleh anak-anak dan bagaimana mereka menginterprestasikan apa yang mereka peroleh.
Instrumental atau proaktif, aggresor memandang kekuatan dan paksaan sebagai cara yang efektif untuk mendapatkan apa yang mereka mau. Mereka bertindak dengan sengaja tidak mengeluarkan amarah. Dalam istilah pembelajaran sosial, mereka agresif karena mereka mengharapkan mendapat imbalan dari apa yang mereka lakukan, dan ketika mereka mendapatkannya, mereka percaya bahwa agresi yang dilakukannya efektif. Sebaliknya, anak lain yang tidak sengaja bertabrakan dalam antrean mungkin balik mendorong dengan kemarahan, berasumsi bahwa anak lain menabrak dengan tujuan. Hal ini adalah reaksi agresi bermusuhan. Seperti yang sering anak miliki, bias atribusi permusuhan : mereka melihat anak lain mencoba menyakiti mereka, dan melawan dalam bentuk pembalasan atau mempertahankan diri.
Apakah Media Elektronik Memicu Sikap Agresi ?
Baik televise, film, video game, telepon seluler, dan komputer memegang peranan besar pada kegiatan anak sehari-hari, hal yang kritis untuk memahami dampak media massa pada perilaku anak-anak. Anak-anak menghabiskan banyak waktu untuk menonton media hiburan daripada melakukan aktivitas selain sekolah dan tidur.
Televisi menyajikan kekerasan, biasanya hal yang glamor, kejayaan atau disepelekan. Tambahan selama 24 jam stasiun berita yang menyajikan secara terus menerus bencana alam dan aksi-aksi kekerasan. Video musik menyajikan hal yang tidak proporsional tentang kekerassan pada perempuan dan orang kulit hitam. Industri film, musik dan video game secara agresif merupakan pasar kekerasan, sajian untuk orang dewasa diberikan pada anak-anak.
Karena waktu yang dihabiskan secara signifilkan oleh anak lebih banyak oleh media, apa yang mereka lihat akan menjadi contoh peran dan sumber informasi bagaimana individu berprilaku. Disajikan di televise dan video game hubungan sebab akibat dari kekerasan media dan perilaku kekerasan dari sudut pandang penonton.
Anak percaya bahwa mereka dipengaruhi oleh pengamatan mereka terhadap perilaku. Media menyediakan pertunjukkan yang mengerikan tanpa mengindahkan kerugian dan menuntun anak-anak untuk menerima kekerasan sebagai hal yang biasa. Anak yang melihat karakter yang menggunakan kekerasan dalam mencapai tujuan mereka menyimpulkan bahwa kekerasan adalah cara efektif untuk memecahkan masalah. Pertunjukan berulang kali dapat membuat anak mudah terpengaruh.
Anak-anak lebih rentan dibanding orang dewasa dalam menghadapi pengaruh kekerasan di televise. Penelitian belajar sosial klasik menyatakan bahwa anak akan mengimitasi model-model dalam film lebih daripada melihat langsung.
Penelitian tentang dampak video games dan internet menyatakan bahwa peningkatan perilaku kekerasan jangka panjang lebih banyak dipengaruhi oleh video games daripada TV dan film. Pemain dari permainan kekerasan secara aktif adalah partisipan yang menerima penguatan positif untuk aksi kekerasan.
Gangguan Tingkah Laku yang Menganggu
Temper tantrum(pemarah) dan penyimpangan, argumentative, bermusuhan, atau perilaku menganggu lainnya. Umumnya terjadi di usia sekitar 4-5 tahun umumnya melampaui pertengahan masa anak-anak saat anak semakin baik dalam mengontrol perilaku tersebut. Pola-pola perilaku tersebut bbertahan hingga usia 8 tahun, anak-anak didiagnosis dengan oppositional defiant disorder, bentuk-bentuk dari penentangan, ketidakpatuhan, dan permusuhan terhadap otoritas orang dewasa, setidaknya selama 6 bulan dan menjadi di luar batas kehormatan perilaku anak. Anak-anak dengan ODD terus menerus bertengkar, adu argument, kehilangan kendali marah, merebut sesuatu, menyalahkan yang lain, dan penuh marah serta penuh kebencian.
Beberapa anak yang menderita ODD juga memiliki conduct disorder (CD), gangguan perilaku, bentuk yang menetap, berulang, dimulai di usia awal mereka, agresif, sikap antisocial, seperti membolos, membakar, krbiasaan berbohong, bertengkar, menindas, mencuri, suka merusak, menyerang, dan penggunaan obat-obatan serta alcohol.
Fobia Sekolah dan Gangguan Kecemasan Lain
Anak-anak dengan fobia sekolah memiliki ketakutan yang tidak realistis untuk bersekolah. Beberapa anak memiliki alasan realistis aka ketakutan bersekolah guru sarkastik, pekerjaan rumah yang menumpuk atau menghindari penindasan. Fobia sekolah yang sesungguhnya adalah bentuk gangguan kecemasan untuk berpisah, sebuah kondisi yang melibatkan kecemasan yang berlebihan setidaknya untuk  4 minggu karena perpisahan dari rumah atau individu tempat anak memiliki kelekatan. Walaupun kecemasan untuk berpisah adalah normal ketika masa infancy, ketika hal ini menetap di anak yang usianya lebih tua , hal ini perlu diperhatikan.
Kadang fobia sekolah juga merupakan bentuk fobia sosial atau kecemasan sosial. Ketakutan yang berlebihan dan menghindari situasi sosial seperti bicara di kelas atau bertemu kenalan di jalan. Fobia sosial berdampak pada 5% anak hal ini terjadidalam keluarga, sehingga ada komponen genetis di dalamnya. Sering kali fobia tersebut dipicu oleh pengalaman traumatis, seperti pikiran anak-anak disebut namanya di kelas.
Beberapa anak memiliki gangguan kecemasan umum, tidak terpaku pada bagian spesifik kehidupan mereka. Anak tersebut khawatir akan segalanya : kelulusan sekolah, badai, gempa bumi dan melukai diri mereka sendiri ketika bermain di arena bermain.
Depresi Masa Anak
Depresi pada masa anak adalah gangguan suasana hati yang terjadi melebihi kenormalan, kesedihan sementara. Depresi diperkirakan terjadi sekitar 2% pada anak prasekolah dan meningkat sebanyak 2,8% pada anak dibawah usia 13 tahun. Gejalanya termasuk ketidakmampuan untuk bersenang-senang atau berkonsentrasi, sakit pinggang, aktivitas yang ekstrem atau apatis, menangis, masalah tidur, perubahan berat badan, keluhan fisik, perasaan tidak berguna, merasa tidak memiliki teman, atau pikiran tentang kematian atau bunuh diri yang sering muncul.
Penyebab utama depresi anak belum diketahui, tapi anak yang depresi cenderung berasal dari keluarga dengan pola pengasuhan penuh tekanan, kecemasan, kemampuan melecehkan atau perilaku antisocial. Situasi dalam keluarga meningkatkan resiko depresi pada anak-anak
Teknik Penanganan
Perawatan psikologis untuk gangguan emosi dapat menggunakan beberapa bentuk. Dalam psikoterapi individual, terapis melihat anak satu per satu. Membantu anak mendapatkan pemahaman diri dalam kepribadiannya dan dalam relasi serta menginterprestasikan perasaan dan perilaku. Perawatan seperti ini dapat membantu melewati saat-saat stress, seperti kematian orang tua atau perceraian orang tua, bahkan ketika anak tidak menunjukkan tanda-tanda terganggu. Psikoterapi anak biasanya lebih efektif ketika dikombinasikan dengan konseling orang tua.
Dalam terapi keluarga, terapis melihat keluarga secara bersama-sama, mengobservasi bagaimana anggota berinteraksi dan menunjukkan pertumbuhan keduanya baik pertumbuhan yang menghasilkan atau pertumbuhan yang menghalangi atau yang merusak fungsi keluarga.

Terapi perilaku atau modifikasi perilaku adalah bentuk psikoterapi yang menggunakan prinsip teori belajar untuk mengurangi perilaku yang tidak diinginkan atau mengembangkan perilaku yang diinginkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar